Kamis, 24 November 2011

Teenlite - MY ANGEL TWINS (part. 1)

PERMATA MALAIKAT BIRU
Pada saat itu langit bercuaca mendung seperti akan turun hujan yang sangat lebat membasahi bumi nan indah ini. Terlihat seorang anak gadis cantik dan imut yang keturunan Jepang dan Indonesia dan bertubuh kecil berumur 8 tahun yang sedang duduk dihalte sekolah, gadis itu bernama Yoko. Dia sedang asik duduk menunggu seseorang yang datang untuk menjemputnya sepulang sekolah. Dengan asiknya dia menunggu jemputannya sambil mendengarkan musik yang terdengar dari radio dari sebuah warung, musik itu terdengar enak didengar dimatanya tidak sendirian disana ada anak laki-laki berwajah tampan nan imut yang seumuran dengan Yoko yang sedang menunggu jemputan juga. Anak tersebut terlihat gelisah dengan keadaan langit yang tidak mendukung kepulangannya untuk kerumah. Sambil melirik ke atas langit, ia juga mendesah kecil karena masih khawatir dengan hari yang akan hujan.
Melihat keadaan anak laki-laki itu, Yoko pun menyapa dengan tujuan untuk menenangkan diri si anak laki-laki tersebut.
“ Hai, kenalkan aku Yoko. Mm, aku tidak pernah bertemu denganmu sebelumnya, apa kamu anak baru disekolahku?” tanya Yoko dengan nada ramah.
“ Aaa, iiiya.. perkenalkan namaku Yuto, aku anak baru disini dan ini pengalaman pertamaku disekolah sini, karena sebelumnya aku selalu berpindah pindah dan baru sekarang aku dijemput terlambat” jawab anak laki-laki bernama Yuto sambil terbata-bata dengan panjang lebar.
“ Wah, tenang saja! Yuto jangan takut ya?, ada Yoko disini, Yoko bakal temenin Yuto dan menjaga Yuto dari rasa takut Yuto! Dan sekali lagi jangan khawatir yah???” tutur halus Yoko dengan muka polosnya dan memberikan semangat ke Yuto.
“ Mm, iya.. terima kasih Yoko, aku senang bisa berkenalan dengan Yoko.. semoga pertemanan kita ini bisa semakin baik yah Yoko?” balas Yuto dengan senyum lembut tanda pertemanan yang indah.
                Telah berlewat waktu, akhirnya hujan pun turun dengan lebatnya membasahi segalanya yang lewat dibawah langit. Yoko dan Yuto juga masih belum dijemput oleh orangtua masing-masing. Dengan ekspresi penuh kekhawatiran Yuto dan Yoko pun duduk berdekatan dibangku halte karena air hujan yang mengenai seragamnya dan suara petir yang membuat keadaan semakin mengerikan. Dari tadi Yoko mempunyai perasaan yang mengganjal, ia merasa ada sesuatu yang akan terjadi baginya. Tak lama dari itu, ada sebuah mobil mewah berwana hitam datang dan parkir disebrang halte. Turunlah orang-orang berjas hitam rapi dan lengkap dengan membawa payung, orang-orang tersebut pun menyebrang jalan.
“Tuan muda, kami sudah datang mari kita pulang kerumah” sapa salah satu orang berjas yang kelihatannya sebagai ketua dari semuanya orang itu.
“Iya, bisakah kita menunggu sebentar? Teman baruku belum dijemput, mungkin sebentar lagi dia akan dijemput” jelas Yuto dengan nada kekanak-kanakannya namun dengan tegas dan tatapan mata yang mantap.
“Baik tuan!” jawab serentak orang-orang berjas itu.
“Wah, Yuto keren. Mm, mungkin dia bukan anak yang sembarangan atau mungkin dia ini adalah anak keluarga orang kaya?” tanya Yoko dihatinya, ia merasa terpesona dengan Yuto.
                Sekitar 5 menit duduk sambil menatap Yuto dan orang-orang berjas itu, akhirnya Yoko dijemput dengan sebuah motor yang kelihatanya butut dan berumur tua dan mungkin sudah lama dibeli dari bengkelnya. Yoko pun bangun dan bergegas untuk pergi menemui jemputannya, sebelum itu ia pun berkata kepada Yuto dan mengucapkan rasa terimakasihnya.
“Terimakasih Yuto, karena sudah menemaniku menunggu dan lagi kamu sangat keren!” ungkap Yoko dengan memberi senyuman manisnya sambil berlari menuju ke arah penjemputnya.
“Iya, sama-sama sampai bertemu lagi besok” jawab Yuto sambil berteriak ditengah hujan lebat itu.
“Dia anak yang baik” batin Yuto.
“Iya Yuto” jawab Yoko membalasnya dengan berlambai tangan.
                Setelah menemui jemputannya, Yoko baru sadar ternyata yang menjemputnya adalah bibinya, padahal saat pagi tadi ayah dan ibunya sudah berjanji untuk menjemputnya ia benar-benar bingung dengan apa yang terjadi. Bibi pun menceritakan alasannya dan memberi tahu segala yang beriu saja terjadi sambil menangis tersedu-sedu.
“Yoko yang kuat ya?, Ayah dan Ibumu meninggal dikecelakaan lalu lintas tadi barusan saat mau menjemput Yoko. Tetapi apa daya takdirnya berkata lain Yoko, ayah dan ibu harus pergi kembali kerumah tuhan” jelas Bibi dengan nada terisak-isak.
“Hah..? apa?” jawab Yoko, yang tidak mampu berkata-kata dan terdiam mematung dibawah hujan yang mulai membasahi tubuh Yoko.
“Uwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” teriak Yoko.
                Yuto terkejut dengan suara teriakan itu, spontan Yuto pun berlari menemui Yoko yang masih disebrang jalan, ia tidak peduli dengan hujan dengan cepat para pengawalnya pun segera mengikuti Yuto dari belakang dan tidak berani menegurnya yang sedang terburu – buru ke arah Yoko. Yuto pun menenangkan Yoko dengan semampunya sambil memeluk gadis itu erat-erat dan menyadarkan Yoko agar tidak jatuh ke dalam kesedihan yang mungkin akan menyebabkan Yoko jatuh sakit.
“Yoko jangan menangis ada Yuto disini menemani Yoko dan akan menjaga Yoko, Yoko jangan takut sendirian ya! Pokoknya aku akan menghibur Yoko” hibur Yuto.
“Huahuaaaaaaa, eee.. mereka pergi Yut! Seharusnya mereka tidak menjemputku, seharusnya aku saja yang kecelakaan, semuanya salahku Yut, salahku!!” teriak Yoko sambil menangis dipelukan Yuto.
“Yoko tidak boleh berkata seperti itu, semua ini ada hikmahnya. Mungkin tuhan mempunyai maksud lain untuk Yoko” jelas Yuto sambil menghapus air mata dipipi Yoko.
“Huhuhuhuhu” Yoko masih menangis tersedu-sedu. Bibi yang melihat itu pun ikut menangis lagi, para ajudan Yuto pun hanya menunduk dan berturut duka atas segalanya.
                Sampai akhirnya keadaan terkendali, Yoko pun dibawa pulang dan Yuto sendiri juga beranjak pulang. Didalam mobil pun Yuto bertekad keras akan menjaga Yoko sampai akhir hayatnya, entah ada apa dengan Yuto mungkin bagi Yuto, Yoko adalah cinta pertamannya, ia pun bergumam
“Yoko, aku pasti menjaga Yoko!” semangatnya dalam hati.
                Sesampai dirumah, Yoko langsung pergi kekamarnya yang besar dan menemui seseorang yang terbaring lemas tak berdaya dengan dihubungkan setali imfus, Yoto juga langsung bergegas untuk mandi dan mengganti pakaiannya yang basah karena hujan. Selesai mandi Yuto bercerita dengan anak yang tidak lain adalah saudara kembarnya yang terbaring lemas disebuah tempat tidur besar itu, dan bercerita atas apa yang ia alami barusan, sambil bercerita ia pun sambil menuliskannya dibuku harian yang baginya penting yang mungkin akan dibaca olehnya dan Yota suatu saat ketika ia sudah sembuh. Yuto tidak peduli bahwa saudara kembarannya yang bernama lengkap Yota Akagi mendengarkan semua ceritanya atau tidak, yang penting dia terus mengoceh sampai akhirnya ia tertidur disebelah Yota.
                Orangtua Yota dan Yuto pun datang untuk menjenguk keadaan 2 anak kembarnya yang bagi mereka adalah hadiah yang paling berharga didunia ini, walaupun keadaan Yota yang kurang sehat akibat kecelakaan 3 bulan yang lalu dan menyebabkan Yota harus beristirahat selama beberapa saat sampai ia bisa disembuhkan dan Yota pun belum sekolah dan sampai saat ini hanya Yota yang belum sekolah. Yuto yang sudah bersekolah ditingkat Sekolah Dasar disekolah yang terkenal didaerah tempat tersebut walau sempat berpindah-pindah sebelumnya.
**
                Pagi pun menjelang bumi pertiwi, pagi-pagi sekali Yuto sudah bangun dan sudah bersiap-siap kesekolah dengan penuh semangat berseri- seri ingin cepat bertemu dengan Yoko disekolah, dan tidak lupa ia menyapa Yota yang masih saja terpejam.
“Pagi Yota?, apa kabarmu?, aku harap kau cepat sembuh agar kita dapat bermain bersama ya! Adn akan ku kenalkan kau dengan Yoko, Yoko itu anaknya baik loh..” tutur polos Yuto.
“Pagi sayang?” sahut ayah dan ibu Yuto.
“Mmm, tadi ibu mendengar nama anak bernama Yoko. Siapa dia?, teman baru Yuto?”
“Pagi yah, bu. Aaa, iya dia teman baruku, dia sangat baik namun kemarin baru saja orang tuanya meninggal dunia” jawab Yuto.
“ Benarkah?, ayah dan ibu turut berduka cita. Oya Yuto kami mempunyai kabar gembira untuk kamu Yuto!” suara riang ibu Yuto.
“Apa itu Bu?’’ penasaran Yuto
“Kita akan membawa Yota keluar negeri dan membuatnya sembuh, jadi kamu bisa bermain lagi dengan Yota!!” balas ayah.
“Benarkah?” jawab Yuto singkat.
“Iya benar, kita akan berangkat besok. Jadi persiapkan dirimu baik-baik ya Yuto?” tutur Ibu.
“Secepat itu kah Bu?” cemas Yuto.
“Ada apa?, ada masalah?, bukankah semakin cepat semakin baik Yut?”balas Ibu dengan khawatir.
“Oh, tidak ada apa-apa. Aku akan bersiap-siap nanti, tetapi bolehkah hari ini aku berjalan-jalan sepulang sekolah dengan Yoko sebagai tanda perpisahan kami nanti?. Kitakan tidak tau akan kembali atau tidak” jawab Yuto dengan gelisah.
“Apa maksudmu?, kita pasti kembali” tegas ayah
“Hust, ayah!. Mm, Iya, boleh saja. Hati-hati ya sayang, ok ibu dan ayah akan berangkat kerja dulu Byee..” sapa ibu lembut sambil membelai kepala anaknnya.
“Iya” jawab singkat Yuto.
                Entah apa yang difikirkan Yuto, Yuto merasa bingung dan merasa serba salah. Ia benar-benar bingung dengan apa yang harus ia lakukan, sampai akhirnya ia pun tau keputusan apa yang harus dia pilih. Yaitu membantu Yota untuk sembuh dan membuat Yoko bahagia dengan sisa waktu yang ia punya sebelum berangkat keluar negeri walau berat rasanya meninggalkan Yoko sendirian.
                Bel sekolah berbunyi tanda pelajaran pertama akan dimulai, dari awal Yuto sampai kesekolah sampai kelasnya masukkan tidak ditemukannya tanda-tanda Yoko menampakan dirinya Yuto tetap bersabar, ia sudah berfikir positif tentang keberadaan Yoko. Yuto terus bersabar menunggu bel istirahat berbunyi sambil menghayati pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Sampai akhirnya bel pun berbunyi tanda jam pelajaran telah usai, Yuto pun bergegas berlari ke kelas 3 yang ia tidak tahu harus ke kelas 3 apa yang ada Yoko disana. Ia mengecek setiap kelas 3, sampai akhirnya ia temukan sosok Yoko yang duduk sendiri ditempat duduknya sambil bersedih hati kelihatannya.
“Yoko..” tegur Yuto mengagetkan Yoko.
“........” tidak ada jawab dari Yoko.
“Yoko, hari ini sepulang sekolah Yoko ikut aku ya? Kita akan jalan-jalan bersama karena aku sudah janji sama Yoko akan bikin Yoko bahagia!!” semangat Yuto.
“......” Yoko masih tidak menjawab semua ungkapan Yuto.
“Benarkah?” jawab Yoko perlahan.
“Iya, aku tunggu Yoko sepulang sekolah ya?” jelas Yuto.
“Iya, terimakasih Yuto” balas Yoko sambil tersenyum. “Iya, sama-sama Yuto” jawab Yuto lembut.
                Sungguh pertemanan yang indah pada masa-masa itu, cuaca hari tidak mendung tidsk panas semuanya biasa-biasa saja. Sekian lama menunggu sampai akhirnya jam pulang sekolah pun tiba. Diparkiran Yuto sudah bersiap-siap dan menunggu Yoko, dan Yoko pun datang menemui Yuto yang sudah siap.
“Hey, tuan putri sudah datang. Apa kau sudah siap tuan putri?” canda Yuto.
“hahaha, yeah. Aku sudah siap sekarang, ayo kita berangkat!” jelas Yoko.
“Ok, tuan putri” jawab Yuto.
                Mobil nan mewah itu pun berangkat, dengan tidak berkata-kata Bibi Yoko pun hanya tersenyum melihat kebahagian sang keponakan yang sebenarnya dilanda kesedihan yang dalam dihatinya. Didalam mobil Yuto dan Yoko asik bermain dan bercanda, sesampainya ditempat bermain mereka asik bermain dengan tawa, canda dan gurauan yang membuat bahagia seketika dan Yoko menjadi lupa sejenak dengan apa yang ia rasakan sebelumnya. Tak kenal lelah dan waktu, mereka berdua asik sekali bermain.
                Yoko dan Yuto dan diiringi para penjaga berjas yang menjaga Yuto tetap berjalan seperti biasa. Sampai disuatu toko penjual pernak-pernik, Yoko terhenti ketika melihat sebuah kalung berwarna biru dan bermata 2 orang malaikat yang indah nan imut. Melihat itu Yuto pun mengajak Yoko untuk masuk dan membeli barang-barang yang Yoko suka, tidak segan-segan Yoko pun memilih kalung yang ia lihat tadi sebelumnya.
“Kau mau ini?” tanya Yuto.
“Iya, entah kenapa kalung ini terlihat keren!” jelas Yoko.
“Ok, kita pilih ini” sahut Yuto sambil mengambil 1 kalung yang mencolok itu.
“Pilihan yang bagus, kalung itu sangat langka dan memiliki pasangan yang tidak dijual dimana pun!” kakek sang pemilik toko memberi tahu ke Yoko dan Yuto dengan mangejutkan yang tiba-tiba ia muncul.
“Benarkah?, lalu ada dimana pasangan kalung ini?” sahut serentak Yoko dan Yuto.
“Ini dia!, karena kalian memilih kalung itu aku beri hadiah 1 kalung dari pasangan kalung itu” gelak kakek itu.
“Wah, kami berterimakasih” sahut Yuto sambil membayar kalung tadi dengan setengah harga.
“Iya anak-anak manis, terimakasih kembali ya untuk kalian, pesanku hanya jaga kedua kalung ini karena kalung ini sangat ajaib” kakek pemilik toko itu menjelaskan dengan seksama.
“Baik kek, baiklah kami ingin pulang terimakasih ya kek” jawab serentak Yoko dan Yuto.
“Hati-hati dijalan anak-anak, bila ada waktu berkunjunglah lagi kesini!!” teriak sang kakek.
“Iya kek” balas Yuto.
“Sayangnya waktu anak itu tidak lama lagi ya..” urai kakek dalam hatinya, dilihatnya dari raut muka Yuto bahwa akan ada masa depan yang sedikit susah untuk 2 orang tadi.
                Yuto dan Yoko sudah bermain hampir seharian, berbelanja bersama, berfoto bersama, dan semua dilakukan bersama. Sampai akhirnya tiba Yoko sudah sampai didepan rumah, dengan diantarkan Yuto.
“Mmm, Yoko jaga baik-baik kalung tadi ya?” hardik Yuto.
“Iya, pasti akan ku jaga baik-baik kok Yut. Yuto juga yah!” senyum Yoko.
“Aku mengerti, sudah senja. Aku pulang dulu ya, lain hari atau waktu kita akan bertemu lagi mungkin” jelas Yuto.
“Apa maksud mu Yuto?” tanya Yoko penuh tanda tanya, Yoko tau ia merasa ada yang mengganjil.
“Aku senang Yoko mau jalan denganku seharian ini, aku benar-benar terimakasih ya!! Tunggu aku kembali ya Yoko” teriak Yuto sambil meninggalkan Yoko, dengan air mata yang mengalir dipipi imutnya.
“Aku tidak mengerti apa maksud Yuto, tapi aku akan jawab IYA dengan gaya yang keren” balas Yoko sambil barcanda.
“Iya, terimakasih” sahut Yuto dari dalam mobil.
                Yoko merasa senang dengan bertanya-tanya apa maksud dari perkataan Yuto tadi. Sambil ingin beristirahat Yoko juga memikirkan tentang Yuto yang baginya misterius, yang ia tau hanyalah Yuto anak orang kaya dan baik. Yoko pun terus berfikir ia ingin cepat bertemu dengan Yuto besok disekolah dan ingin bertanya banyak hal dengan Yuto dari mulai makanan kesukaannya sampai semua yang berhubungan dengan Yuto, entah adaapa dengan Yoko. Yoko merasa iya demam Yuto, difikirannya hanya penuh dengan Yuto, sampai akhirnya ia pun tertidur pulas ditempat tidurnya.
**
                Ditempat lain, Yuto sedang menyiapakan segala yang ia perlukan nanti saat diluar negeri. Ia tidak tau sampai kapan ia harus berada di Singapore, tetapi ia yakin akan pulang cepat untuk bertemu dengan Yoko teman yang ia sayangi. Setelah selesai berkemas, Yuto menulis lagi dibuku harian dan menceritakan apa yang ia alami barusan seharian bersama Yoko. Setelah selesai dengan segalanya, ia mengambil kalung malaikat tadi dan dipakaikannya dilehernya lalu mengenggamnya dengan kencang.
“Selamat malam Yoko!!” ucapnya pelan.
                Pagi menjelang, keluarga Akagi sudah berangkat kebandara. Semua sudah siap dan sudah duduk manis didalam pesawat yang akan membawa mereka terbang ke Singapore.
“Ayah, Ibu kira-kira kita akan kembali kapan?” tanya Yuto.
“Entahlah, mungkin kita akan kembali sekitar 3 tahun lagi karena butuh waktu lama untuk memulihkan Yota!” hardik ayah menjelaskan.
“Oh, ok.. baiklah, aku mengerti” sahut Yuto dengan cemas.
“Iya, setelah selesai kita akan balik kok sayang” jawab Ibu menenangkan anaknya itu.
“Iya bu!” senyum Yuto.
**
                Pesawat telah lepas landas, ditempat lain Yoko sedang mencari-cari Yuto dikelas 3A tempat dimana anak-anak orang kaya berada. Ditanya sana kemari tidak ditemukannya sosok Yuto terlihat, sampai ada seorang anak yang memang teman dekat Yuto berkata
“Yuto sudah pindah hari ini, apa kau tidak diberitau?” tanya anak itu
“Tidak, aku tidak tau! Dia pindah kemana?” bentak Yoko.
“Aku tidak tau, cari tau sendiri saja sana” balas anak itu.
“Huh...” gretak Yoko.
                Yoko bingung sendiri apa yang harus ia lakukan, dan ia harus berekspresi apa dengan keadaanya sekarang. Yoko pun tersenyum, ia tau apa yang harus ia lakukan
“Aku mengerti apa arti perkataanya kemarin, inilah maksudnya! Aku memang harus kuat menerima cobaanya yang diberikan tuhan untukku!! Tenang saja Yuto, aku akan menunggu mu disini dengan gembira” ucap Yoko sambil menitikkan air mata dan akhirnya ia pun menangis.
                Ditaman Yoko menangis dengan isak atas apa yang barusan terjadi dan dipesawat Yuto juga menitikan air mata kecil tanda perpisahan kecil nan mengharukan, keduanya juga menangis sambil memegang kalung biru bermata malaikat itu.
**
bersambung.........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar